Petani : Pahlawan kehidupan yang terabaikan

Kita jarang berfikir bahkan tidak pernah berfikir, betapa besar jasa para petani kita dalam menyediakan kebutuhan pokok hidup kita. Bahkan di Jepang negeri Sakura yang telah maju perkembangan teknologinyapun, anak-anak sejak dini dididik untuk menghargai petani. Anak-anak sekolah taman kanak-kanak setiap akan makan diajarkan supaya memulai dengan mengucapkan ”terimakasihku pada petani yang telah menyediakan makanan ini”. Ini mendidik untuk menghargai jerih payahnya petani dalam menghasilkan sesuapnasi yang perlu perjuangan dengan tetesan keringat dalam waktu yang panjang. Saat ini baru penghargaan terhadap guru telah terus ditanamkan pada setiap anak didik baik dengan nyanyian ataupun ungkapan sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Namun penghargaan kepada para petani kita dalam menghasilkan bahan makanan kita nyaris tak ada sama sekali, bahkan penghargaan finansial terhadap petani atau nilai tukar petani rendah dan itupun masih diombangambingkan dengan harga.

Sektor pertanian pada akhir-akhir ini belum sepenuhnya mendapatkan perhatian. Seharusnya sektor pertanian merupakan titik sentral pembangunan. Negeri kita tercinta ini hendaknya jangan melupakan jati dirinya sebagai negara agraris yang unggul sejak nenek moyang kita. Pada zaman nenek moyang kita, kejayaan Nusantara memiliki keunggulan pertaniannya. Bahkan bangsa lain (Portugis dan Belanda) datang ke Indonesia karena hasil pertaniannya (rempah-rempah dan perkebunan) yang melimpah. Hal ini disebabkan karena kondisi alam yang subur, yang terletak di daerah khatulistiwa yang kaya akan sumber daya hayatinya.

Sebagai negara agraris, sektor pertanian mampu mempekerjakan angkatan kerja terbanyak dibandingkan dengan sektor lain. Pertanian juga menyediakan sebagian besar kebutuhan pangan seluruh rakyat. Pertanian telah berhasil menopang perekonomian dan ketahanan pangan nasional. Pandangan konvensional tentang pertanian menganggap pertanian semata-mata hanya sebagai penghasil pangan, sandang, dan papan yang mudah diukur dan dapat dipasarkan. Namun dimensi yang lebih luas dari pertanian yang disebut juga sebagai multifungsi pertanian belum banyak dikenal, atau masih diabaikan berbagai kalangan.

Multifungsi pertanian:

(1) Pertanian sebagai penjaga ketahanan pangan yang meliputi kecukupan pangan, distribusi pangan, dan keamanan pangan. Lahan sawah dan lahan kering kita mampu manyediakan 85% hingga 100% kebutuhan beras`dalam negeri. Akhir-akhir ini kita baru diributkan dengan gonjang-ganjingnya harga beras, yang disebabkan salah satunya oleh stok beras kita berkurang dan distribusi yang tidak merata. Penyediaan pangan nasional sering ditarik sebagai komoditas politik. Ini menunjukan betapa pentingnya peran pertanian dalam menjaga stabilitas nasional. Memang masalah perut tidak bisa ditunda-tunda dan harus tersedia secara terus menerus, semuanya itu berkait erat dengan usaha pertanian. Sektor pertanian memegang peran penting sebagai penyelamat untuk mencukupi kebutuhan pangan dari 300 hingga 350 juta penduduk.

(2) Pertanian sebagai penyedia jasa lingkungan, seperti mitigasi banjir, pengendali erosi, pemeliharaan pasokan air tanah, penambat karbon dan gas rumah kaca, penyegar dan penyejuk udara, mempertahankan keanekaragaman hayati, dan pendaur ulang limbah organik. Kita tidak sadar bahwa pertanian mempunyai fungsi sebagai penyedia jasa lingkungan. Dengan adanya usaha pertanian air hujan yang jatuh bisa tertata dengan baik pemanfaatannya, teknik terasering yang sudah ada sejak nenek moyang kita mampu memanfaatkan air secara efisien, dan air dapat tertahan dan terinfiltrasi kedalam tanah sehingga memasok air tanah. Tanaman yang menutup permukaan lahan mampu sebagai pelindung terhadap pukulan air hujan, sehingga terhindar dari erosi. Namun jika tidak terdapat usaha dibidang pertanian dalam arti luas (termasuk perkebunan dan kehutanan) maka air hujan yang turun kebumi ini akan hanya sebagai air limpasan saja, tidak ada yang meresap kedalam tanah, sehingga pasokan air tanah tidak ada, akibatnya punahnya mata air dan keringnya sumur-sumur kita, atau penyediaan air bersih habis. Demikian juga pukulan air hujan ke tanah dan air limpasan ini akan menyebabkan terjadinya erosi tanah serta terjadinya banjir dimusim hujan dan kekeringan dimusim kemarau. Ekstrimnya jika tanpa pertanian kondisinya seperti kita hidup di padang pasir yang gersang, panas dan kering.

Peran pertanian juga sebagai penambat karbon dan gas rumah kaca, serta penyegar dan penyejuk udara. Tanaman mampu menyerap CO2 dan akan memasok oksigen (O2) yang kita gunakan untuk bernafas. Negri kita yang berada dikatulistiwa ini sering disebut sebagai paru-paru dunia, dikarenakan hutan, perkebunan dan usaha pertanian lainnya mampu mensuplai atau memasok O2 tidak hanya untuk kebutuhan kita saja namun juga untuk kebutuhan manusia secara globlal. Oleh karena itu peran ini yang nyaris tidak diperhitungkan kaitanya dengan eksport O2 untuk kebutuhan hidup secara otomatis ke negara-negara lain. Kapan fungsi sebagai penyedia O2 dunia ini diperhitungkan oleh masyarakat global, apa imbalannya tetap memelihara / mempertahankan hutan tropis, perkebunan dan pertanian kita, tentunya perlu diperjuangkan.

Kita tidak dapat membayangkan apabila limbah organik yang terus bertambah tidak bisa didaur ulangkan, tentunya akan terus menumpuk yang akan mengganggu lingkungan kita. Sebagai contoh, saat penampungan sampah di Bandung meledak dan penampungan dihentikan untuk sementara waktu sebelum ada lokasi yang baru, maka tumpukan sampah diberbagai sudut kota Bandung sangat mengganggu likungan, pemandangan dan kenyamanan. Sementara limbah organik dapat kita berikan kedalam tanah dan kemudian akan didaur ulang atau dirombak, dan melaui proses perombakan justru menyediakan unsur hara bagi tanaman.

(3) Penyedia lapangan kerja bagi sekitar 44 % angkatan kerja Indonesia. Hingga sampai saat ini sektor pertanian mampu menyerap tenaga kerja paling tinggi dan tersebar di seluruh pelosok nusantara. Tersebarnya tenaga kerja ini sangat penting untuk mengurangi kepadatan penduduk dikota atau untuk mencegah adanya urbanisasi penduduk ke kota.

(4) Untuk mempertahankan nilai sosial budaya dan daya tarik pedesaan. Secara tidak sadar pertanian mempunyai peran dalam rangka memfilter pengaruh budaya luar yang bertendensi negatif misalnya rasa egois, konsumtif, boros dan lainnya. Nilai gotong royong atau kebersamaan dalam masyarakat masih tetap terjaga. Berbagai kesenian daerah masih terpelihara dengan baik seperti wayang, ketoprak, gamelan, laras madio dan kesenian lainnya.

(5) Penyangga kestabilan ekonomi dalam keadaan krisis dan penanggulangan kemiskinan. Pertanian kita telah teruji pada tahun 1997 pada saat terjadi resesi, nampak bahwa sector pertanian yang paling stabil dibandingkan sector industri yang diunggul-unggulkan saat itu. Sektor industri perakitan dan industri lainnya yang bergantung pada bahan import sebagian besar terpuruk. Namun sektor pertanian hampir tidak terpengaruh sama sekali, bahkan eksport produk pertanian kita mengalami kajayaan. Maka tidak heran jika petani petani tembakau, dan kopi pada saat resesi justru banyak yang jaya, jumlah petani yang naik haji meningkat tajam di daerah-daerah tersebut. Pada saat krisis, petani yang berada di pedesaan hampir tidak terasa dampaknya. Mereka untuk kebutuhan hariannya diambilkan dari hasil usaha taninya, bahkan bisa menjual kelebihan hasilnya.

Oleh karena itu, pemahaman masyarakat dan pemerintah terhadap multi-fungsi pertanian sangatlah diperlukan agar pertanian mendapat perlakuan dan penghargaan yang lebih layak sehingga lebih menjamin kelestarian usaha tani, mempertahankan kualitas lingkungan, dan memelihara stabilitas sosial ekonomi, sehingga akan menjamin kehidupan manusia.

Penghargaan terhadap Petani

Walaupun pertanian hingga saat ini peranannya begitu penting, sektor pertanian masih belum mampu memberikan pendapatan yang layak bagi para pelakunya. Dewasa ini petani kita masih merupakan bagian lapisan masyarakat termiskin dan sering termarjinalisasi. Kemiskinan yang terjadi di pedesaan mencerminkan kemiskinan pada rumah tangga pertanian. Pada tahun 2002 tercatat jumlah penduduk miskin di pedesaan 25 juta orang (21,1%) yang sebagian besar mata pencariannya di sektor pertanian.

Peran sektor pertanian utama adalah berkaitan dengan penyediaan pangan nasional. Masalah pangan karena berkait dengan pemenuhan hajat orang banyak, maka pemerintah berkepentingan untuk mengaturnya, karena masalah pangan sebagai penyumbang inflasi terbesar. Namun intervensi pemerintah hendaklah berfihak pada petani. Misalnya berkaiatan dengan tata niaga beras, yaitu intervensi pemerintah untuk mengatur harga gabah atau beras, dengan kebijakannya menentukan harga atas dan bawahnya, dan melakukan operasi pasar jika terjadi lonjakan harga. Saat harga naik terkadang petani tidak bisa merasakan keuntungan yang mewadahi. Sebagai contoh melonjaknya harga beras saat ini, apakah petani merasakan dampaknya pada peningkatan pendapatannya. Petani tidak menikmati, bahkan petani ikut terimbas oleh kenaikan harga tersebut, karena saat paceklik ini petani juga sebagai konsumennya. Kemungkinan yang merasakan dari semuanya tadi adalah para spekulan.

Masalah beras sering ditarik sebagai komoditas politik yang sering sangat merugikan petani. Misalnya disaat diperkirakan cadangan beras di daerah tertentu tidak mencukupi, pemerintah berkeinginnan untuk import beras. Begitu rencana itu muncul, para politikus kita saling berargumentasi tentang import beras, saat berita itu menyebar saat itu pula harga gabah menurun tajam, sehingga sangat merugikan petani, walaupun import belum dilakukan. Sebenarnya import beras tidak perlu ditanggapi secara negatif, jika analisis dilakukan secara akurat memang tidak mencukupi. Hanya import beras harus langsung di salurkan kedaerah rawan pangan seperti papua dan aceh misalnya, tentunya penyaluran tidak dilewatkan pulau atau daerah produksi, sehingga tidak mengganggu harga daerah tersebut.

Sebagian besar petani kita petani gurem yang mempunyai lahan garapan sempit 0,2 hingga 0,5 ha sehingga dari analisis usaha taninya pendapatannya sangat rendah. Dalam usaha taninya, petani sering terhantui oleh harga saat panen raya anjlok secara dratis, belum lagi petani dibebani dengan harga sarana produksi pupuk dan obat-obatan yang tinggi, sehingga pendapatan yang diterima petani rendah. Nampaknya saat ini keberuntungan belum memihak pada petani, atau penghargaan terhadap petani belumlah sepadan. Ini merupakan tugas kita bersama terutama pemerintah, untuk mengangkat petani dalam posisi yang layak. Peran pemerintah berkaitan dengan penentuan kebijakan yang memihak kepada petani. Subsidi sarana produksi yang diberikan pemerintah selama ini terkadang tidak sampai atau tidak dirasakan oleh petani, namun dirasakan oleh sekelompok kecil pedagang dan penyalur saprodi saja. Perlu dipikirkan penyaluran subsidi yang tepat, misalnya diberikan pada hasil produksinya, baik berupa harga yang layak ataupun dalam bentuk subsidi langsung, sehingga petani benar-benar merasakan hasil jerih payahnya. Jadi yang diberikan subsidi harga produksinya, sehingga akan meningkatkan semangat kerja dan memacu lebih produktif, mereka tidak dihantui oleh bayangan anjloknya harga saat panen, namun perlu difikirkan mekanismenya.

Petani dalam perjuangan hidupnya tanpa pamrih apapun, dengan tetesan keringatnya hanya semata untuk memenuhi penyediaan pangan sesamanya. Nampaknya perlu menumbuhkan kesadaran bahwa dari petanilah kita makan, dengan jerih payah merekalah kita dapat menikmati hidup ini. Kita perlu menghargai perjuangan atau jerih payahnya. Kalau guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, maka petani selama ini sebagai pahlawan yang terabaikan. Yang seharusnya petani sebagai pahlawan kehidupan. Tidak berarti ingin mengagungkan, namun hanya sekedar menempatkan petani pada porsi yang sebenarnya. Tulisan ini agar menjadi renungan kita semua.

Suntoro Wongso Atmojo

Dekan Fakultas Pertanian UNS.